TUGAS AGAMA ISLAM Makalah tentang Q.S Al Mu’minun ayat 99-106
TUGAS AGAMA ISLAM
Makalah tentang Q.S Al Mu’minun ayat 99-106
SMA NEGERI 1
KARANGANYAR TAHUN
PELAJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah S.W.T yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, serta hidayahNya kepada penulis, yang pada
kesempatan kali ini penulis dapat menuangkan tinta untuk mengukir ilmu
pengetahuan yang sangat di butuhkan dan semoga dapat bermanfaat bagi penulis
serta semoga pula bermanfaat bagi pembaca.
Sholawat serta salam marilah selalu dan selalu kita hadirkan
keharibaan Rasulullah Muhammad SAW sebagai uswah al-hasanah yang senantiasa di
harapkan syafaatnya di hari kiamat.
Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima kasih
kepada Bpk. Winarno Selaku guru pembimbing, untuk ridho dan barokah dari beliau
sangat penulis harapkan menuju jalan ilmu yang manfaat. Terimah kasih juga atas
semua pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan makalah ini.
Penulis sangat mengharap kritik dan saran dari pembaca
sehingga makalah atau ilmu ini bisa lebih senpurna dan bermanfaat bagi penulis,
terlebih lagi bermanfaat bagi pembaca Amin.
Karanganyar,13 Nopember 2015
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna
yang tentunya sudah memiliki aturan dan hukum yang harus dipatuhi dan
dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hukum memiliki
sumber-sumbernya sendiri sebagai pedoman dan pelaksananya.
Kehadiran agama Islam yang dibawa
Nabi Muhammad SAW diyakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang
lebih baik, sejahtera lahir dan batin.
Petunjuk-petunjuk agama mengenai
berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya, yaitu
Al-Qur’an yang merupakan sumber ajaran Islam pertama, tampak ideal dan agung.
Ditambah lagi dengan berbagai pemikiran-pemikiran ulama’ tentang hukum-hukum
yang masih global di pembahasan Al-Qur’an, Al-Qur’an adalah kitab suci yang
isinya mengandung firman-firman Allah SWT turun secara bertahap kepada Nabi
Muhammad melalui perantara Malaikat Jibril. Sunnah adalah segala sesuatu yang
berasal dari Nabi Muhammad SAW baik perbuatan, perkataan, dan penetapan
pengakuan. Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progresif, menghargai
akal pikiran mengenai berbagai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa
mengembangkan, kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,
mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, menghormati antar agama,
berakhlak mulia, dan bersikap positif lainnya.
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah
Pengertian Al-Qur’an ?
1.2.2 Apa Saja Nama-Nama Lain dari
Al-Qur’an dan Nama-nama Suratnya ?
1.2.3 Bagaimana Kedudukan Al-Qur’an ?
1.2.4 Apa Saja Fungsi dari Al-Qur’an ?
1.2.5 Bagaimana Kodifikasi Al-Qur’an ?
1.2.6 Apa Saja Isi Yang Terkandung dalam
Al-Qur’an ?
1.2.7 Apa Otoritas Al-Qur’an Sebagai Wahyu
?
1.3
Ruang Lingkup
Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai Al-Qur’an sebagai sumber ajaran Islam
dan kitab suci yang berisi wahyu ilahi, serta hal-hal yang berhubungan dengan
Al-Qur’an yang berupa pengertian, nama, kedudukan, fungsi, kandungan dan
otoritas Al-Qur’an sebagai wahyu.
1.4
Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.4.1 Tujuan Penulisan
a. Mengetahui Apa Pengertian Dari Al-Qur’an.
b.
Mengetahui
apa saja isi dari surat Al Mu’minun ayat 99-106.
1.4.2 Manfaat Penulisan
a. Untuk memenuhi tugas makalah
Pendidikan Agama Islam.
b. Untuk mengetahui Al-Qur’an sebagai
sumber ajaran islam dan kitab suci yang berisi wahyu ilahi.
1.5
Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Ruang Lingkup
1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.5 Sistematika Penulisan
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Ajaran Agama Islam
2.2 Pengertian Islam
2.3 Ajaran Islam
2.4 Pengertian Al-Qur’an
2.2 Pengertian Islam
2.3 Ajaran Islam
2.4 Pengertian Al-Qur’an
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Al-Qur’an
3.2 Tafsir Al Mu’minun ayat 99-115
3.1 Pengertian Al-Qur’an
3.2 Tafsir Al Mu’minun ayat 99-115
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Simpulan
4.1 Simpulan
BAB II
LANDASAN TEORI
LANDASAN TEORI
2.1
Ajaran Agama Islam
Islam adalah agama yang mengimani
satu Tuhan, yaitu Allah. Pada dasarnya sistematika dan pengelompokkan ajaran
Islam secara garis besar adalah aqidah, syariah dan akhlak. Ajaran Islam
dituliskan di dalam Al-Qur’an dan hadis. Pokok Ajaran Islam sebagaimana yang
telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang paling sempurna,
karena memang semuanya ada dalam Islam. Meskipun begitu luasnya petunjuk Islam,
pada dasarnya pokok ajarannya hanyalah kembali pada tiga hal yaitu tauhid, taat
dan baro’ah/berlepas diri. Inilah inti ajaran para Nabi dan Rasul yang diutus
oleh Allah kepada umat manusiaPemaknaan konsep ajaran Islam dilakukan dengan
tiga pokok yaitu : berserah diri kepada Allah dengan merealisasikan tauhid,
tunduk dan patuh kepada Allah dengan sepenuh ketaatan, memusuhi dan membenci
syirik dan pelakunya. Untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat,
Islam harus dihayati dan diamalkan secara kaffah (utuh), tidak sepotong-potong
atau sebagian. Islam mempunyai karakter sebagai agama yang penuh kemudahan yang
termanifestasi secara total dalam setiap syari’atnya.
2.2
Pengertian Islam
Dalam bahasa
Arab, Islām, al-islām, الإسلام berarti “berserah diri” dan merupakan suatu
”Dīn” yang berarti “aturan” atau “sistem” (QS Al-Maidah:83). Secara etimologis,
Islam diturunkan dari akar yang sama dengan kata salām yang berarti “damai”,
“salima” yang berarti “selamat sentausa” atau ”aslama-yuslimu-islaman” yang
berarti menciptakan kedamaian, keselamatan, kesejahteraan hidup dan kepasrahan
kepada Allah.
2.3
Ajaran Islam
Islam adalah
agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Agama Islam dapat dijelaskan
sesuai hadist riwayat Muslim dibawah ini :
Dari Umar
ra. juga dia berkata : “Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah s.a.w suatu
hari tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat
putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan
jauh dan tidak ada seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian
dia duduk dihadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya
(Rasulullah s.a.w) seraya berkata: “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam
?”, maka bersabdalah Rasulullah s.a.w, “Islam adalah engkau bersaksi bahwa
tidak ada ilahi (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad
adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan
dan pergi haji jika mampu“, kemudian dia berkata, “anda benar“.
Kami semua
heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi,
“Beritahukan aku tentang Iman?“ Lalu beliau bersabda, “Engkau beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir
dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia
berkata, “anda benar“. Kemudian dia berkata lagi, “Beritahukan aku tentang
ihsan ?“. Lalu beliau bersabda, “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah
seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat
engkau” . Kemudian dia berkata, “ Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan
kejadiannya)”. Beliau bersabda, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya “. Dia berkata, “ Beritahukan aku tentang tanda-tandanya“, beliau
bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat
seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin dan penggembala domba, (kemudian)
berlomba-lomba meninggikan bangunannya“, kemudian orang itu berlalu dan aku
berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah s.a.w) bertanya, “Tahukah engkau
siapa yang bertanya ?”. aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui“.
Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud)
mengajarkan agama kalian“. (HR. Muslim).
Hadits ini
menerangkan pokok-pokok ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan serta
memperhatikan isi Al Qur’an secara keseluruhan maka dapat dikembangkan bahwa
pada dasarnya sistematika dan pengelompokkan ajaran Islam secara garis besar
adalah aqidah, syariah dan akhlak. Ditinjau dari ajarannya, Islam mengatur
berbagai aspek kehidupan pada manusia yang meliputi :
1. Hubungan manusia dengan Allah
(Hablum Minallah).
2.
Sesuai
firman yang berbunyi : ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka menyembahku”. (QS.51: 56)
3.
Hubungan
Manusia dengan Manusia (Hablum minan-Naas).
4.
Sesuai
firman yang berbunyi :
5.
”Dan
tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan janganlah
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan”. (QS.5:2).
6.
Hubungan
manusia dengan makhluk lainnya/ lingkungan.
7.
Sesuai
firman yang berbunyi : ”Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmuran”. (QS.11:61)
8.
Vera
Micheles Dean dalam bukunya ”The Nature of The Non Western World”, sebagaimana dikutip
Humaidi Tata Pangarsa; bahwa Islam meliputi empat unsur yaitu :
a. Islam is religion.
b. Islam is political system.
c. Islam is way of live.
d. Islam is interpretation of history.
2.4
Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah nama bagi kitab
suci umat Islam yang berfungsi sebagai petunjuk hidup ( hidayah ) bagi seluruh
umat manusia. Al-Qur’an diwahyukan olah Allah kepada Nabi Muhammad setelah
beliau genap berumur 40 tahun. Al-Qur’an diturunkan kepada beliau secara
berangsur - angsur selama 23 tahun. Turunya Al-Qur’an kepada beliau tidak
menentu dari segi waktu dan keadaan. Kadangkala pada waktu musim panas dan
adakalanya di musim dingin. Kadangkala malam hari tetapi sering pula turun di
siang hari. Kadangkala dalam bepergian tetapi sering pula turun pada saat
beliau tidak dalam bepergian. Semuanya itu Allah yang mengaturnya, bukan
kehendak Rasulullah.
Al-Qur’an adalah kalimat Allah yang
sudah sempurna benar dan adil isinya. Tidaklah ada yang mengubah
kalimat-kalimat Allah tersebut. Al-qur’an itu tidak lain hanyalah petunjuk
semesta alam.
Menurut
kebanyakan kitab ulumul Qur’an sebagai berikut:
Al-qur’an
adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhamad SAW untuk
mengalahkan musuh dengan satu surah darinya, dan menerangkan akidah-akidah dan
hukum-hukum.
Prof. Dr. M.
Quraish Shihab, mengungkapkan falsafah dasar iqra sebagai surah pertama kali
turun pada Nabi Muhammad Saw., menyimpulkan bahwa iqra (perintah membaca yang
berakar kata qara’a diartikan membaca, menelaah, meneliti, menghimpun dan
menyampaikan baik teks tertulis maupun ayat-ayat tidak tertulis). Jadi perintah
membaca dalam konteks surah al-alaq
ayat 1-5 adalah peintah menelaah ayat Al-Qur’an, alam raya, diri sendiri,
masyarakat, majalah, Koran dan buku-buku lainya. Pengertian membaca menurut
versi ini tentu sangat luas, tidak mengenal batasnya, baik menyangkut bacaan
bersumber dari Allah (QS Al-Isra’[17]: 45) maupun bacaan bersumber dari produk
manusia (QS Al-Isra’[17]: 14).
Secara istilahi (istilah) Al-Qur’an
didefinisikan dalam ragam pandangan yang dilatarbelakangi oleh bidang ilmu
masing-masing. Ada dua kelompok besar yang ahli dalam Al-Qur’an tetapi
mempunyai perspektif ilmu yang berbeda, yaitu Ahli Kalam (mutakalim) dan Ahli Fikih (fuqaha).
Menurut sebagian besar ahli kalam, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang bersifat qadim bukan makhluk, dan bersih dari
sifat-sifat yang baru lafal-lafalnya bersifat azali yang berkesinambungan tanpa
terputus-putus. Namun ada sebagian kecil ahli kalam yang mengatakan Al-Qur’an
bersifat hadis (baru) dan makhluk.
Perbedaan ini terletak pada sudut pandang hakikat Al-Qur’an yang dimaksud.
Al-Qur’an dikatakan baru jika yang dimaksud adalah wujud fisik seperti yang
tertulis berulang-ulang oleh manusia melalui suatu penerbitan. Sementara jika
yang dimaksud adalah Al-Qur’an sebagai wahyu Allah di lauh mahfuz atau hakikat
bacaanya itu sendiri, maka Al-Qur’an tetap qadim.
Menurut ahli
fiqih, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan
kepada nabi Muhammad SAW. Yang ditulis dalam bentuk mushaf berdasarkan
penukilan secara mutawatir dan dianggap ibadah bagi yang membacanya. Definisi
ahli fiqih ini yang disambut lebih positif oleh kaum muslimin termasuk di
Indonesia. Definisi ahli fiqih ini bagi kaum muslimin tidak mengandung
pertentangan interpretasi.
Abdul Halim
Mahmud, mempertegas eksistensi Al-Qur’an dengan mendefinisikan Al-Qur’an
sebagai firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan
memperkenalkan dirinya dengan berbagai ciri dan sifat sebagai kitab yang
keontetikannya selalu dijamin oleh Allah, sehingga para orientalis (orang barat
yang mengkaji islam)pun tidak ada celah untuk meragukan keotentikan tersebut.
Kalaupun ada orientalis yang meragukan, sebenarnya karena hanya ingin merusak
ajaran Al-Qur’an dan membius umat islam agar ikut meragukannya. Sebab, jika
dikaji secarajujur, alasan meragukan mereka, malah tujuan orientalis tersebut
sangat subjektif, mengada-ada. Misalnya, Christhop Luxenberg menyangkal
keaslian Al-Qur’an berbahasa arab, teks asli Al-Qur’an telah dimusnahkan oleh
Khalifah Usman bin Affan, salinan Al-Qur’an banyak disalah artikan.
Menurut
Al-Qur’an sendiri, Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi
Muhammad SAW. Melalui malaikat jibril dengan lafal dan maknanya, (QS.
Asy-Syu’ara[26]: 192-195). Lafal Al-Qur’an dalam bahasa arab sudah jelas dan
maknanya sesuai dengan watak bahasa arab itu sendiri. Namun demikian, Al-Qur’an
tetap maknanya dapat dipahami dalam berbagai bahasa manusia. Oleh karena itu,
Al-Qur’an tetap konsisten dengan peranannya sebagai hudan (petunjuk) bagi manusia. Dalam ayat lain ditegaskan bahwa
Al-Qur’an sesungguhnya tanggungan Allah mengumpulkan dalam dada Nabi dan
membacakannya, (QS. AL-Qiyamah [75]:16-18). Dengan demikian, Al-Qur’an mutlak
bersumber dari Allah dan isinya benar sebagai petunjuk bagi manusia.
BAB III
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
3.1
Pengertian Al-Qur’an
3.1.1
Pengertian Al-Qur’an Etimologi (bahasa).
Secara bahasa Al-Quran berasal dari
bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Hal itu
dijelaskan sendiri oleh Al-Quran dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18
(۱۸) قُرْآنَهُ فَاتَّبِعْ قَرَأْنَاهُ فَإِذ (۱۷) وَقُرْآنَهُ
جَمْعَهُ عَلَيْنَا إِنَّ
Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan
(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah
bacaannya itu.” (QS. Al-Qiyamaah
17-18)
3.1.2
Pengertian Al-Quran Terminologi (istilah).
a. Menurut Manna’ Al-Qhattan :
بِتِلَاوَتِهِ اَلْمُتَعَبَدُ
وَسَلَّمَ عَلَيْهِ اللهُ صَلَّي مُحَمَّدٍ عَلَي
المُنَزًّلُ اللهِ كَلَامُ
Artinya : kitab Allah yang diturnkan kepada Nabi
Muhammad SAW dan orang yang membacanya memperoleh pahala.
b. Menurut Al-Jurjani :
شُبْهَةٍ
بِلَا مُتَوَاتِرًا نَقْلًا عَنْهُ اَلْمَنْقُولُ الْمَصَاحِفِ المَكْتُوبِ
فِى الرَّسُولِ عَلَى اَلْمُنَزَّلُ هُوَ
Artinya : yang diturunkan kepada Rasulullah SAW.,
ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan.
c. Menurut kalangan pakar ushul fiqh,
fiqh, dan bahasa Arab :
kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad.
Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai ibadah, diturunkan
secara mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah
sampai pada surat An-Nass.
3.2 Tafsir
Al Mu’minun : 99-115
Demikianlah
keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang
dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia).
Agar aku
berbuat amal yang shaleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak.
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka
ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
Apabila
sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian nasab di antara mereka pada
hari itu, dan tidak ada pula mereka saling bertanya.
Barang siapa
yang berat timbangan (kebaikan) nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat
keberuntungan.
Dan
barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang
merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam.
Muka mereka
dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.
Bukankah
ayat-ayat-Ku telah dibacakan kepadamu sekalian, tetapi kamu selalu
mendustakannya?
Mereka
berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah dikuasai oleh kejahatan kami, dan adalah
kami orang-orang yang sesat.
Ya Tuhan
kami, keluarkanlah kami daripadanya (dan kembalikanlah kami ke dunia), maka
jika kami kembali (juga kepada kekafiran), sesungguhnya kami adalah orang-orang
yang dzalim.”
Allah
berfirman: “Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara
dengan Aku.
Sesungguhnya,
ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdoa (di dunia): “Ya Tuhan kami, kami
telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah
Pemberi rahmat Yang Paling Baik.
Lalu kamu
menjadikan mereka buah ejekan, sehingga (kesibukan) kamu mengejek mereka,
menjadikan kamu lupa mengingat Aku, dan adalah kamu selalu menertawakan mereka.
Sesungguhnya
Aku memberi balasan kepada mereka di hari ini, karena kesabaran mereka;
sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang menang.”
Allah
bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka
menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah
kepada orang-orang yang menghitung.”
Allah
berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu
sesungguhnya mengetahui.”
Maka apakah
kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja),
dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?
(Al Mu’minun
: 99 – 115)
Allah Ta’ala mengkhabarkan keadaan orang-orang yang
menjelang maut, dari kalangan orang-orang kafir
atau mufrithin (orang-orang yang bersikap meremehkan -pent) dalam
melaksanakan perintah Allah. Perkataan mereka merupakan permohonan agar
dikembalikan ke dunia, untuk memperbaiki kejelekan-kejelekan yang telah mereka
perbuat selama hidup. Allah Ta’ala menyebutkan permohonan mereka untuk kembali,
maka Dia tidak mengabulkannya tatkala maut telah menjemput, hari kebangkitan
telah tiba, dan bumi telah sampai pada masanya. Ketika itu mereka divonis masuk
dalam api neraka, dan sekarat dalam kondisi berada dalam adzab. Maka dikatakan ‘Kalla,
tidak”, yaitu bentuk kata penolakan yang artinya : tidak kami penuhi apa yang
mereka minta, tidak pula kami terima amalan mereka.
Kemudian Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan
di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.”. Inilah
ancaman untuk orang-orang zhalim yang sedang sekarat tersebut dengan siksa
kubur. Yaitu terus menerus diadzab hingga hari kebangkitan kelak.
Kemudian jika hari kebangkitan telah tiba, ditandai dengan
telah ditiupnya sangkakala, manusia akan bangkit dari kuburnya. Tidak akan
bermanfaat hubungan nasab pada hari itu, hingga tidak ada orangtua yang
meratapi dan memeluk anaknya. Maka barangsiapa yang kebaikannya lebih banyak,
sungguh ia berada dalam keberuntungan yang besar. Adapun barangsiapa yang lebih
berat timbangan keburukannya, sungguh ia telah gagal dan merugi. Kemudian
digiringlah mereka ke dalam jahannam dengan jilatan apinya sebagai balasan.
Kemudian Allah Ta’ala mengalahkan argumen yang disusun
oleh orang-orang kafir, para pendosa, orang-orang yang gemar melakukan
keharaman dan dosa besar, dengan mengatakan, “Telah diutus bagi kalian para
Rasul, telah diturunkan untuk kalian kitab-kitab, dan tidak tersisa bagi kalian
satu pun hujjah.” Mereka kemudian tidak menemukan celah lagi untuk lari, akan
tetapi meminta untuk dikembalikan ke dunia lagi. Maka permohonan tersebut tidak
dikabulkan karena tidak ada lagi jalan keluar, bahkan dikatakan kepada mereka,
“Tetaplah di tempatmu wahai orang-orang yang jelek dan hina, dan jangan
kembali meminta hal itu, karena sesungguhnya Aku tidak akan mengabulkan yang
demikian itu”. Maka tidak ada lagi sekelompok orang yang berkata seperti itu,
melainkan bagi mereka musibah dan kesedihan di neraka jahannam.
Kemudian Allah Ta’ala menyebutkan dosa-dosa mereka
selama di dunia, yaitu memperolok hamba-hamba yang mukmin dan wali-wali dari
kalangan orang yang bertaqwa. Mereka pun tersibukkan dari bermuamalat terhadap
Rabb mereka. Maka itulah hari keadilan, dibalaslah kekufuran dan penghinaan
mereka dengan lahapan api neraka, sementara itu balasan sebaliknya bagi
orang-orang bertaqwa ialah hari kebahagiaan dan keselamatan berupa
diselamatkannya mereka dari api neraka.
Kemudian diberitakan pula tentang umur pendek yang
mereka sia-siakan di dunia, dengan tidak menaati Allah Ta’ala dan beribadah
kepada-Nya semata. Seandainya mereka bersabar selama di dunia, niscaya mereka
akan beruntung sebagaimana wali-wali Allah dari kalangan orang-orang bertaqwa.
Akan tetapi mereka terlenakan dengan fananya dunia sehingga menyangka bahwa
mereka diciptakan bukan dengan maksud dan tujuan apa-apa, tidak ada kehendak
maupun hikmah dari penciptaan mereka. Itulah bentuk pengingkaran mereka
terhadap hari kebangkitan.
Allah mensucikan diri-Nya dari segala bentuk
penciptaan yang sia-sia. Dialah Yang Maha Kuasa, Yang Maha Benar dan suci dari
segala kekurangan. Tiada Ilah yang haq selain Dia, Rabb Arsy yang mulia.
(Bahjatun
Nazhirin, hal. 629-631)
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulannya adalah kita sebagai
hamba Allah SWT harus senantiasa mengamalkan ajaran-ajarannya sesuai dengan
ketentuan-ketentuan yang telah diberikan Allah SWT sebaik-baiknya.


0 komentar: